Bro Rivai Sebut Demokrasi Indonesia Banyak Dihiasi Marbot Politik dan Politik Mie Instan
Nusakini.com--Makassar--BRC Table Talk seri ketiga dengan tema "Budaya Politik dan Wisata Demokrasi" pada Minggu 10 Maret 2018, kemarin, menghadirkan Guru Besar Bidang Politik IPDN, Prof Nurliah Nurdin, dan Dosen Ilmu Komunikasi FISIP UNHAS, Dr Hasrullah.
Turut hadir pula Founder BRORIVAI Center, Dr Abdul Rivai Ras. Pria yang akrab disapa Bro Rivai ini menjadi pemandu acara tersebut.
Menurutnya ada dua tipe yang menggambarkan kaderisasi partai politik saat ini sehingga kualitas politisi banyak dipertanyakan di ruang-ruang publik.
"Ada dua tipe yang menjadi persoalan saat ini, saya sebut dengan istilah Marbot (Doja) Politik dan Politik Mie Instan," ucap Bro Rivai, Minggu 10 Maret 2019, di BRC Table Talk 3 yang dihelat di Warunk Upnormal, Makassar.
Lebih jauh ia menjelaskan bahwa Marbot Politik yang dimaksud adalah jenjang kaderisasi di partai politik. Ada beberapa politisi di partai yang memulai karirnya dari bawah, seperti menjadi staf, kepala sekretariat, sekretaris hingga menjadi ketua partai.
"Politisi dengan karakter seperti ini loyal terhadap partai namun kurang memahami konteks kepemimpinan secara utuh, misalnya pengambilan kebijakan dan pembuatan sebuah produk-produk huku," terangnya.
Lanjut Rivai, berbeda dengan Politik Mie Instan, tipe ini adalah kumpulan orang-orang yang memiliki modal budgeting yang cukup untuk membeli kendaraan partai agar ikut bertarung atau dipinang oleh partai dan mengikuti sebuah kontestasi, pileg misalnya.
Namun, kata dia, secara kapasitas tipe tersebut kurang mampu beradaptasi dan mengambil peran terhadap hal-hal yang sifatnya kepentingan publik.
"Biasanya tipe seperti ini adalah mereka yang memiliki uang lebih atau seorang keluarga pejabat. Entah bapaknya adalah Gubernur, Walikota atau seorang Bupati," jelas Bro Rivai.
Pernyataan Bro Rivai ini tentu memberikan gambaran nyata terhadap fenomena caleg yang notabenenya bakal mengisi parlemen nanti. Apakah benar politisi yang bermunculan sekarang ada karena kualitas atau karena Marbot Politik atau Politik mie Instan?
Apapun itu, lanjut Rivai, proses rekrutmen politik itu harus selektif, mampu membawa perubahan, dan mengantarkan aspirasi rakyat di samping memiliki kapabilitas kepemimpinan serta cukup, baik bekal wawasan dan pengetahuan politik, termasuk kebijakan pembangunan.
"Hal ini penting bagi politisi dalam mendorong kualitas proses politik dan demokrasi di masa depan," pungkasnya. (R/Rajendra)